Nggak Bakal Bosan di Busan, Korea Selatan
Kamu Nggak Bakal Bosan di Busan
Karya:
Omet Slamet
Perjalanan singkat mengantarkan aku bersama
teman-teman seasrama untuk rihlah ke salah satu kawan kami di Mojokerto.
Teriknya siang dan silaunya pantulan cahaya di jalan beraspal hitam itu membuatku
tidak memperhatikan handphone yang kubawa. Aku terkesima dengan hamparan
sawah dengan padi yang telah merunduk sepanjang perjalanan. Apalagi sesampai di
rumah kawan kami, telah tersuguhkan ayam goreng dan terong goreng dengan
sambalnya yang enak. Setibanya sambil menyiapkan perjalanan pulang, sempat ku
check HP ternyata ada chat penting yang masuk di grup angkatan 2 jam yang lalu
pesan dari kating mencari anggota tim untuk membuat paper. Kucoba
kesempatan ini, kebetulan semester sebelumnya saya pernah mengikuti lomba
menulis ilmiah.
Tim kami terdiri dari aku, Mas Andra, Mas Yusuf dan
Mas Arif. Kami membagi tugas untuk mengerjakan abstrak dan segera melanjutkan running
prototype yang sudah setengah berjalan. Aku mendapat tugas membuat latar
belakang dan translate paper yang rampung ke Bahasa Inggris. H-4
deadline kami telah submit paper itu., dan seminggu kemudian:
“Congratulation on the acceptance of your paper”.
Paper kami lolos dalam salah satu International Conference yang
akan dilaksanakan di Busan, Korea Selatan pada akhir Maret. Aku sangat merasa
senang. Kami mempersiapkan visa, presentasi, sponsorship, hingga itinerary
perjalanan disana. Visa merupakan hal paling penting saat itu. Karena banyak
persiapan berkas seperti rekening koran, pas foto berlatar putih, mengisi
formulir dan berbagai surat pernyataan lainnya. Apalagi Kedutaan Besar Korea
Selatan tidak ada di Surabaya, sehingga kami harus mengirimkan ke Kedubes di
Jakarta.
Berkas visa kami bisa lengkapi H-10 Keberangkatan.
Saat itu tiket pesawat dan akomodasi lain telah di pesan. Tidak ada agen yang mau mengurusi visa kami
karena terlalu mepet waktunya. Akhirnya kami mengirimkan ke salah satu kerabat keluarga
Andra ke Jakarta. Tiap hari memantau web visa application di internet,
hingga kabar keterima adalah H-1 keberangkatan. Tentunya jasa pengiriman pun
kebanyakan 3 hari baru sampai. Untung saja ada salah satu teman angkatanku yang
sedang pulang kampung di Jakarta dan kami bisa berangkat dengan visa yang di
titip.
Perjalanan melelahkan 19 jam dengan transit di Kuala Lumpur
selama 11 jam. "Just landed" sampailah di bandara
internasional Incheon. Sebelumnya saya telah membawa seluruh persiapan. Baru
peralihan winter ke spring tentunya sangat dingin, berbeda dengan
di surabaya yang 32oC. Aku langsung demam saat keluar dari pesawat. Belum
pernah kurasakan temperatur itu. Siang hari yang terang benderang dengan 6oC.
Kaos 3 lapis, kemeja, almamater, jaket winter, syal, tidak mampan. Sangat
Dingin. Telingaku kaku, jari-jariku sulit untuk scrool handphone.
Negara maju tersebut berhasil memanjakan mataku akan
teknologi. Semua serba otomatis. Aku telah meminjam kartu untuk MRT, LRT, dan
bus atau transportasi lain, sehingga tidak perlu membeli yang baru. "Kamsamida"
selalu terdengar tiap kali tap kartu itu. Di Seoul temperatur
manjadi 4oC. Dilanjutkanlah perjalanan ke busan dengan kereta. Aku
membayangkan apa kulihat di film train to busan kini tervisualisasi. Hanya
saja kali ini tidak ada zombie sungguhan. Warna kereta, kursi, stasiun
pemberhentian perumahan yang dilihat dari jendela, benar-benar nyata. Satu hal
yang tidak sesuai ekspetasiku. Mengapa semua pohon tidak memiliki daun saat
masih di Seoul? Mengapa tidak terlihat tumbuhan hijau, tidak ada daun, rumput
dan lain-lain. Hmmm maklumlah di Indonesia hanya ada dua musim. Disana habis
salju seperti itulah kondisinya.
Kami kehabisan tiket dan harus segera ke busan karena
keesokan harinya ada presentasi, perjalanan train to busan dilanjutkan dengan
berdiri selama 2 jam dari 5 jam perjalanan. Sampailah di kota yang pastinya
tidak membosankan itu pada pukul 02.00 am. Dengan taksi terjadi perdebatan
antara kami yang tidak bisa berbahasa korea dengan supir yang tidak lancar berbahasa inggris. Memang di sana
menjunjung tinggi bahasa sendiri apalagi orang-orangnya individualis, kami
dihindari ketika baru berniat untuk bertanya. Satu hal yang baik mereka sangat
tepat waktu.
Bangunlah kami jam 6 pagi waktu setempat. Namun,
jadwal sholat subuh jam 7 pagi, sedangkan acara dimulai jam 8 pagi. Aku harus
sholat subuh terlebih dahulu baru berangkat. Telah kupersiapkan aplikasi
seperti jadwal waktu sholat, arah kiblat, dan makanan halal. Sarapanlah kami
dengan mie instan yang kebetulan banyak kubawa untuk persiapan disana. Sekali
makan di korea 8.000 won atau 100.000 rupiah.
Kami disambut oleh bunga sakura yang lagi mekar di
Korea Maritim and Ocean University, Busan. Sangat kern. Kampus tersebut tepat
di pulau yang berbatasan dengan laut. Sangat pas, kampus maritim berada di
pinggir laut dan terdapat pelabuhan. Hujan yang turun tidak menjadi penghalang
untuk berfoto di bunga sakura tersebut. Katanya hanya bertahan 2-7 hari saja.
Ketika tertiup angin akan rontok. Memang, yang baru mekar di wilayah selatan
salah satunya busan. Siang harinya sangat indah bunganya benar-benar
berguguran.
Perjalanan dilanjutkan ke Busan Tower. Dari ketinggian
kami melihat kota busan yang seperti itulah dengan kebudayaan mereka. Semua
keindahan tercipta. Dinginnya kota tersebut tidak menjadi penghalang untukku
memperhatikan setiap detail kota tersebut. Apalagi transportasi yang begitu
mudah dipahami dan kamu tidak akan kesasar. Sampai malam tiba kelap kelip lampu
di jalan berbagai papan reklame nama toko, jalan semua bertulislan korea. Semua
orang memakai jaket winter dengan kesibukan masing-masing. Anak sekolah, para
pengusaha, pekerja semua menggunakan transportasi umum. Bahkan mereka harus
lari lari untuk naik ke MRT agar tidak telat. Meraka juga berjalan sedikit
cepat dan tidak bermalas malasan.
Hari kedua di busan kami jalan-jalan ke sakura fest
dan kampung warna-warni Jodipan. Kampung tersebut seperti di malang, namun berlatar
gunung yang tidak hanya berwarna hijau, tetapi juga putih, merah muda, biru,
kuning, ungu, merah menyatu menambah keindahan. Yah, saat musim semi disana
bunga-bunga bermekaran dengan warna masing-masing.
Pada
malam harinya Yusuf memutuskan pulang ke seoul lebih cepat. Kami ngemper
semalam di stasiun busan agar besoknya bisa jalan-jalan di Seoul. Mengambil
kereta paling pagi yaitu pukul 05.15 esok hari. Jam 10 malam saat itu kami
langsung ke stasiun dengan MRT karena beroperasi sampai pukul 23.59 dan mulai
lagi pukul 06.00. Setiba di stasiun busan ternyata sangat dingin di bawah 4°C.
Kami tidak bisa tidur karena sangat dingin. Aku berkeliling mencari lokasi yang
sekiranya lebih hangat dan ternyata tidak ada. Hingga pukul 05.15 kami menuju
ke Seoul. Sesampai di sana ternyata kami bertiga menjadi. Hampir saja kami
tidak jadi ke Namsan Tower. Betapa dinginnya di sana, bahkan subuh dini hari di
seoul saat itu -1°C.
Itu
ceritaku di korea, bagi anda yang ingin kepoin perjalananku, boleh banget follow
Instagram ID: @ometslamet . Mau request cerita2 lainnya, boleh banget tinggalkan
komentar di bawah. 😊
Komentar
Posting Komentar